KEDIRI - Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Malang merupakan Perguruan Tinggi Kesehatan dibawah naungan Kementerian Kesehatan RI melaunching melakukan pendampingan ibu balita dengan wasting dan stunting dalam upaya program penurunan angka stunting di Desa Keniten Kecamatan Mojo Kab Kediri, Jawa Timur, Sabtu (27/8/2022).
Salah satunya, Desa Keniten Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri merupakan wilayah binaan Poltekkes Kemenkes Malang yang akan dilakukan pendampingan selama 1 bulan agar program penurunan stunting bisa berjalan dengan lancar dan sukses.
Sri Winarni selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Malang menyampaikan, kegiatan ini pengembangan wilayah binaan untuk meningkatkan kesehatan. Masalah stunting di Kab Kediri ini, kita bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri ini salah satu titik wasting dan stunting di Desa Keniten.
"Harapannya dengan bersama-sama membangun kesehatan masyarakat karena anak-anak sebagai generasi masa depan bangsa, sehingga ini yang harus kita dampingi, " ucapnya.
Diungkapkan Sri Winarni bahwa Kegiatan ini gerakan dari Poltekkes Malang yang memang ada 9 wilayah, salah satunya di Kab Kediri. mulai dari wilayah Jember sampai Ponorogo. Kegiatan binaan ini terus dan progresnya berkelanjutan paling tidak mendampingi selama 3 tahun.
Baik dari dosen dan mahasiswa bisa bergabung dari berbagai Prodi, tidak hanya Kebidanan, Kesehatan, Perawat, Promkes, Askes dan Rekam Medis semua saling bergantian sesuai tupoksinya masing-masing. Kami harapkan semua turun untuk menyelesaikan masalah.
"Sebanyak 86 mahasiswi dari Prodi Kebidanan yang hari ini dilibatkan dalam pendampingan balita dan ibu hamil di Desa setempat, " tutup Sri Winarni.
Susanti Pratamaningtyas selaku Ketua Program Study Kebidanan Kediri mengatakan, untuk sasaran balita wasting dan stunting yang sudah hadir ada 35 balita. Kita akan mendampingi terutama bagi balita yang bermasalah agar bisa mengalami tumbuh kembangnya lebih baik lagi.
Kita juga melibatkan teman-teman Promkes dan Gizi dimana pendampingan ini nanti menjadi sebuah kolaborasi 3 profesi bersama-sama mendampingi balita stunting dan wasting. Dan juga ibu hamil sejumlah 51 yang akan kita dampingi.
Kita awali dan kita cari tahu permasalahannya di lapangan, dan kita libatkan mahasiswa Polkesma di lapangan memberikan edukasi, dalam hal gizi, asupan dan pola asuh serta kesehatan lingkungannya. Kita juga memberikan contoh makanan bergizi, makanan berbahan dasar lokal.
Kendala pendampingan kader-kader sampai saat ini belum ada, mereka sangat antusias memberikan pendampingan.
"Dipilihnya Desa Keniten sebagai launching awal dilakukan pendampingan bekerjasama Dinkes karena kita melihat angka yang tinggi ada 35 dalam wasting dan stunting, " tutup Susanti.
Retno Nur Azizah selaku Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kab Kediri menyampaikan, salah satu upaya agar tidak terjadi stunting pada anak. Yaitu, upaya yang spesifik kegiatan ada di Puskesmas misalkan kita mendorong agar tidak terjadi pernikahan usia dini.
Selain itu, upaya promotif dan preventif. Seperti, kita bekerjasama dengan Polkesma dengan memberikan edukasi dan pendampingan kepada ibu hamil dan balita hal itu bisa menurunkan angka stunting dan menurunkan resiko angka kematian ibu dan bayi.
Lanjut Retno bahwa di Kabupaten Kediri rata-rata di masing-masing 26 Kecamatan semua sama. Total keseluruhan angka stunting di Kabupaten Kediri prevalensi 11, 3 persen, artinya di dalam 100 bayi ada 11 orang stunting.
"Tetapi Pemerintah menargetkan sampai tahun 2024 angka stunting bisa turun 24 persen, tapi di Kab Kediri sendiri sudah dibawahnya, namun Bupati Kediri ingin turunnya lebih signifikan lagi satu digit saja, " urainya.
Dijelaskan Retno bahwa faktor stunting sendiri, karena pola asuh yang kurang benar ketika anak usia 0-6 bulan (harusnya dengan ASI sudah cukup), kurang asupan gizi, ibu tidak telaten dan makanan tidak beraneka ragam sehingga menyebabkan tidak naik berat badan dan tidak bertambah tinggi badannya.
Sementara itu, Erna Rahmayani selaku Dosen Kebidanan Polkesma menjelaskan, terkait Wasting ini merupakan permasalahan pada anak-anak Indonesia yang kondisi anak kurus dimana indikatornya dari berat badannya anak. Namun, kalau stunting kondisi pendek yang indikatornya dilihat dari tinggi badannya.
"Tapi, tidak semua anak pendek disebut stunting ada masalah yang mendasar kemungkinan mulai kehamilan ibu kurang gizi dan ada anemi, " ucap Erna.
Arik Suryani selaku Kepala Desa Keniten menyampaikan, kegiatan pendampingan dan penyuluhan ilmu hidup sehat yang dilakukan oleh Polkesma selama 1 bulan di warga Desa Keniten bisa menurunkan angka stunting dan mengurangi resiko kematian ibu dan bayi saat kehamilan.
"Dipilihnya Desa Keniten dilakukan pendampingan dikarenakan angka potensi stunting masih cukup tinggi, " ucap Kades Keniten.
Lanjut Kades Arik dari 500 balita ada di Desa Keniten dilakukan pendampingan 35 balita dalam wasting dan stunting disebabkan karena pernikahan dini (ada yang menikah di usia 14-16 tahun) dan kurang asupan gizi dan pola asuh.
Kegiatan dari pendampingan dan penyuluhan dari Poltekkes Kemenkes Malang bisa memberikan edukasi kesehatan dan menyemangati ibu-ibu untuk pola hidup sehat sehingga bisa menurunkan stunting dan mengurangi resiko kematian anak dan ibu saat kehamilan.
"Kegiatan Kader Posyandu juga sudah dilakukan setiap satu bulan sekali, ada 4 Dusun. Yakni, Dusun Keniten, Lemahjipun, Besuk dan Dusun Mbaran, " tutup Kades.